Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, tidak terlepas dengan sosok Ki Hajar Dewantara atau bernama asli, R.M. Soewardi Soerjaningrat yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Hal ini merupakan dasar pembuatan video pembelajaran dengan isi refleksi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Pemikirannya yang sangat maju, terutama kepada kalangan bumiputra saat itu menjadikan ia sebagai tokoh nasional yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan kita.
Sebagai tokoh yang
hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar Dewantara tentu turut merasakan
pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan martabat bumiputra. Karenanya,
bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia.
Pendidikan mesti disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna
bagi masyarakat.
Akar pendidikan Ki
Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan
membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta
didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya.
Hal itu dikarenakan
kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistem pengajaran
haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk itu, di mata Ki
Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
hidup rakyat.
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.
1. Peserta didik,
a. Setiap anak adalah manusia yang dilahirkan berbudi pekerti, Seperti; Cipta, Rasa, Karsa dan raga.
b. Setiap anak lahir dengan kodrat alamnya masing-masing, 1) kodrat alam, yaitu kodrat yang telah dibawa manusia sejak lahir. 2) kodrat zaman merupakan kondisi yang terus berubah dari waktu sesuai perkembangan zaman.
c. Setiap anak adalah unik dan istemewa
d. Setiap anak adalah bibit-bibit kebudayaan dan peradapan
2. Pendidik
Guru(pendidik) adalah petani di ladang kehidupan, dimana para siswa adalah bibit-bibit kehidupan tersebut yang harus memiliki kepribadian keteladan seperti kalimat "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”
Ing Ngarsa sung Tuladha ; ing(di), Ngarsa(depan),
sung(jadi), Tuladha(contoh/panutan) makna: Di Depan menjadi Contoh atau Panutan
Ing Madya Mangun Karsa ; ing(di), Madya(tengah),
mangun(berbuat), Karsa(penjalar) makna: Di tengah Berbuat Keseimbangan atau
Penjalaran
Tut Wuri Handayani ; Tut(di), Wuri(berbuat/mengelola),
Handayani(Dorongan) makna: Di Belakang membuat Dorongan atau Mendorong
3. Metode belajar dengan Metode Among
Among memiliki makna menjaga kelangsungan hidup batin
peserta didik dengan mendampingi dan mengarahkan. Bukan hanya membiarkan
perkembangan batin peserta didik namun juga menjaga agar keadaaan batin peserta
didik tetap dalam keadaaan baik.
4. Prinsip memandang kebudayaan
Seperti, memiliki Asas trikon, Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris
Bagus kak...
BalasHapusMksiih kkak😉
HapusWow keren tar....
BalasHapusBagus blog nya kak.. Semangat terus...
BalasHapusSemangat terus kak buat blog nya..
BalasHapusMantap dek blog nya.. Rajin rajin post ya...
BalasHapusTerima kasih dek atas blog nya.. Sangat bermanfaat untuk para pengajar
BalasHapusMantap ibu pemikirannya..semoga menjadi guru penggerak yang menginspirasi dan memajukan pendidikan di Deli Serdang
BalasHapusMantap pemikirannya ibu... Semoga menjadi guru penggerak yang menginspirasi
BalasHapus